Friday, September 10, 2004

Arjuna-Arjuna Tua pun Beraksi


Usia senja, bukanlah menjadi penghalang orang menjadi atlet dan terjun di PON memeprkuat daerahnya. Di cabang panahan, khususnya di nomor tradisional, banyak pemenah-pemanah yang sudah lanjut usaianya. Bahkan bisa dibilang kakek-kakek. Unik memang, di usainya yang senja, dengan gagahnya mereka berlaga bagai sang Arjuna dengan sebuah busur dan anak panah membela nama daerahnya. Arjuna tua pun tak ingin kalah dari arjuna yang masih muda.

Adhi Arsandi - Palembang

Ada yang lain di pertandingan panahan nomor tradisional. Di beregu dan perorangan putra, pemanah-pemanah yang bertanding, bukan hanya pemanah-pemanah muda, melainkan beberapa pemanah, satu diantaranya dari Lampung sudah terlihat tua. Namun, dengan gagah, mereka bersaing dengan para pemanah yang sudah layak sebagai anaknya atau juga cucunya.

Satu arjuna tua yang kebetulan juga dari Lampung adalah Suroso WK. Pria tua ini sudah berusai 58 tahun, namun tetap eksis di panahan dan bersama-sama Agus Sudarsono dan Suwarto merebut medali perak di beregu putra.

"Saya sejak tahun 78 sudah memanah, dan memang spesialis saya adalah ini (ronde tradisional, Red). Syukur sekali, sudah tua kayak gini masih bisa berbuat bagi Lampung, merebut medali di PON Palembang," ujar kakek dua cucu ini.

Suroso yang biasa disapa Pak De oleh para atlet panahan Lampung memang belum ada gantinya. "Saya tetap main seklarang, karena memang belum ada yang menggantikannya. Sekarang fisik saya memang sudah tidak seperti dulu lagi, tapi semangat saya tetap ada," papar pria yang sehari-harinya berwirasawta ini.

Sekarang Suroso memang tidak mampu bersaing, namun di tahun 1986 dan 1987, Suroso merajai panahan tradisional. "Di kejurnas tahun 86 dan 87 saya jadi juara umum (emas, Red). Memanah bagi saya adalah kegemaran yang tidak bisa dihilangkan," ujar Suroso yang sebelum hijrah ke Lampung tinggal di Jawa Tengah.

Memang umur dalam panahan tidaklah menjadi patokan. Kebanyakan para arjuna tua ini adalah pelarian dari nomor nasional. "KJalau sudah tua biasanya, pemanah yang dari ronde nasional, pindah ke ronde tradisional. Karena, di ronde tradisional, pemanah duduk, sehingga bagi pemanah yang usaianya lanjuut tidak menjadi maslaah," ujar pelatih panahan tradisional Lampung, Y Subroto.Selain Suroso, masih banyak lagi arjuna-arjuna tua yang terlihat gagah di lapangan. Diantaranya, pemanah tradisional Jawa Timur, Sudar dan Siswanto. Meski gaek, mereka tampak gapah melesakkan anak panahnya ke sasaran. Sambil duduk, baik Suroso, Sudar dan Siswanto seakan melupakan fisiknya yang telah dimakan usia.

Kini, Suroso dapat tersenyum dengan bangga, di usainya yang senja, ia mampu memebrikan medali perak bersama timnya. Ini merupakancambukan dan dorongan semangat bagio atlet-atlet Lampung yang lain yang masih muda-muda. apa tidak malu dikalahkan seorang kakek-kakek. Ayo tunjukkan prestasimu. (cie)

No comments:

Post a Comment