Usia senja, bukanlah menjadi penghalang orang menjadi atlet dan
terjun di PON memeprkuat daerahnya. Di cabang panahan, khususnya di nomor
tradisional, banyak pemenah-pemanah yang sudah lanjut usaianya. Bahkan bisa
dibilang kakek-kakek. Unik memang, di usainya yang senja, dengan gagahnya
mereka berlaga bagai sang Arjuna dengan sebuah busur dan anak panah membela
nama daerahnya. Arjuna tua pun tak ingin kalah dari arjuna yang masih muda.
Adhi Arsandi -
Palembang
Ada yang lain di pertandingan panahan nomor tradisional. Di
beregu dan perorangan putra, pemanah-pemanah yang bertanding, bukan hanya
pemanah-pemanah muda, melainkan beberapa pemanah, satu diantaranya dari Lampung
sudah terlihat tua. Namun, dengan gagah, mereka bersaing dengan para pemanah
yang sudah layak sebagai anaknya atau juga cucunya.
Satu arjuna tua yang
kebetulan juga dari Lampung adalah Suroso WK. Pria tua ini sudah berusai 58
tahun, namun tetap eksis di panahan dan bersama-sama Agus Sudarsono dan Suwarto
merebut medali perak di beregu putra.
"Saya sejak tahun 78 sudah memanah, dan memang spesialis
saya adalah ini (ronde tradisional, Red). Syukur sekali, sudah tua kayak gini
masih bisa berbuat bagi Lampung, merebut medali di PON Palembang," ujar
kakek dua cucu ini.
Suroso yang biasa disapa Pak De oleh para atlet panahan Lampung
memang belum ada gantinya. "Saya tetap main seklarang, karena memang belum
ada yang menggantikannya. Sekarang fisik saya memang sudah tidak seperti dulu
lagi, tapi semangat saya tetap ada," papar pria yang sehari-harinya
berwirasawta ini.
Sekarang Suroso memang tidak mampu bersaing, namun di tahun 1986
dan 1987, Suroso merajai panahan tradisional. "Di kejurnas tahun 86 dan 87
saya jadi juara umum (emas, Red). Memanah bagi saya adalah kegemaran yang tidak
bisa dihilangkan," ujar Suroso yang sebelum hijrah ke Lampung tinggal di
Jawa Tengah.
Memang umur dalam panahan tidaklah menjadi patokan. Kebanyakan
para arjuna tua ini adalah pelarian dari nomor nasional. "KJalau sudah tua
biasanya, pemanah yang dari ronde nasional, pindah ke ronde tradisional.
Karena, di ronde tradisional, pemanah duduk, sehingga bagi pemanah yang
usaianya lanjuut tidak menjadi maslaah," ujar pelatih panahan tradisional
Lampung, Y Subroto.Selain Suroso, masih banyak lagi arjuna-arjuna tua yang
terlihat gagah di lapangan. Diantaranya, pemanah tradisional Jawa Timur, Sudar
dan Siswanto. Meski gaek, mereka tampak gapah melesakkan anak panahnya ke
sasaran. Sambil duduk, baik Suroso, Sudar dan Siswanto seakan melupakan
fisiknya yang telah dimakan usia.
Kini, Suroso dapat tersenyum dengan bangga, di usainya yang
senja, ia mampu memebrikan medali perak bersama timnya. Ini merupakancambukan
dan dorongan semangat bagio atlet-atlet Lampung yang lain yang masih muda-muda.
apa tidak malu dikalahkan seorang kakek-kakek. Ayo tunjukkan prestasimu. (cie)
No comments:
Post a Comment